PENANGANAN
FISIOTERAPI PASIEN DENGAN PENYAKIT PULMONAL
Patofisiologi
Penyempitan
saluran pernafasan terjadi pada bronkitis kronik maupun pada emfisema paru.
Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda
obstruksi. Pada bronkitis kronik sesak nafas terutama disebabkan karena
perubahan pada saluran pernafaasan kecil, yang diameternya kurang dari 2 mm,
menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan kadang terjadi obliterasai.
Penyempitan
lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. Saluran pernafasan besar juga
berubah. Timbul terutama karena hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus,
sehingga saluran pernafasan lebih menyempit.
Read more
Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernafasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita emfisema paru dan bronchitis kronik, saluran-saluran pernafasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak tertutup. Akibat cepatnya saluran pernafasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya, dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/ tidak ada, akan tetapi perfusi baik. sehingga penyebaran udara pernafasan maupun aliran darah alveoli, tidak sama dan merata. Timbul hipoksia dan sesak nafas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia. terjadi HT pulmonal, yang dalam jangka lama dapat timbulkan kor pulmonal.
Read more
Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernafasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita emfisema paru dan bronchitis kronik, saluran-saluran pernafasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak tertutup. Akibat cepatnya saluran pernafasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya, dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/ tidak ada, akan tetapi perfusi baik. sehingga penyebaran udara pernafasan maupun aliran darah alveoli, tidak sama dan merata. Timbul hipoksia dan sesak nafas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia. terjadi HT pulmonal, yang dalam jangka lama dapat timbulkan kor pulmonal.
Manifestasi klinis
1. Batuk
produktif
Batuk produktif ini disebabkan oleh inflamasi dan
produksi mukus yang berlebihan di
saluran nafas.
2. Dispnea
Terjadi secara bertahap dan biasanya disadari saat
beraktivitas fisik. Berhubungan dengan menurunnya fungsi paru-paru dan tidak selalu berhubungan dengan rendahnya
kadar oksigen di udara.
3. Batuk
kronik
Batuk kronis umumnya diawali dengan batuk yang hanya
terjadi pada pagi hari saja
kemudian berkembang menjadi batuk yang terjadi sepanjanghari.
Batuk biasanya dengan pengeluaran sputum dalam jumlah
kecil(<60ml/hari) dan sputum biasanya jernih atau keputihan. Produksi sputum berkurang ketika
pasien berhenti merokok (GOLD,2005)
4. Mengi,
Terjadi karena obstruksi saluran nafas
5. Berkurangnya
berat badan
Pasien dengan PPOM yang parah membutuhkan kalori yang
lebih besar hanya untuk bernapas saja. Selain itu pasien juga mengalami
kesulitan bernafas pada saat makan sehingga nafsu makan
berkurangdan pasien tidak mendapat asupan kalori yang cukup untuk mengganti kalori yang terpakai. Hal
tersebut mengakibatkan berkurangnya berat badan pasien.
6. Edema pada
tubuh bagian bawah
Pada kasus
CPOD yang parah, tekanan arteri pulmonary meningkatdan ventrikel kanan tidak
berkontraksi dengan baik. Ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah
ke ginjal dan hati akan timbul edema padakaki, kaki bagian bawah, dan telapak
kaki. Kondisi ini juga dapatmenyebabkan edema pada hati atau terjadinya
penimbunan cairan pada abdomen (acites)
Permasalahan
fisioterapi pada pasien ini adalah sebagai berikut :
1.
Adanya sesak
nafas
2.
Adanya batuk
dengan sputum yang sulit keluar
3.
Spasme otot-
otot bantu pernafasan
4.
Penurunan
ekspansi sangkar Thorak
5.
Penurunan
toleransi aktifitas
Pelaksanaan Fisioterapi :
1.
Infra Merah
Persiapan Alat : Siapkan alat kemudian cek keadaan lampu, cek kabel,
ada yang terkelupas atau tidak.
Persiapan Pasien : Posisikan pasien senyaman mungkin, bebaskan area
yang akan diterapi dari kain atau pakaian, sebelum diterapi kulit harus kering
dan dilakukan tes sensibilitas terlebih dahulu serta berikan informasi yang
jelas tentang tujuan terapi mengenai apa yang akan dirasakan dan apa yang tidak
boleh dilakukan selama terapi.
Pelaksanaan : Alat diatur sedemikian rupa, sehingga lampu sinar infra merah dapat
menjangkau daerah dada dan punggung dengan jarak 30-45 cm. Posisi lampu sinar
infra merah tegak lurus daerah yang akan diterapi. Setelah semuanya siap alat
dihidupkan, kemudian atur waktu 10- 15 menit. Selama proses terapi berlangsung
fisioterapi harus mengontrol rasa hangat yang diterima pasien, jika selama
pengobatan rasa nyeri, pusing, ketegangan otot meningkat. Dosis harus dikurangi dengan menurunkan intensitasnya, dengan sedikit
menjauhkan sinar infra merah. Hal ini berkaitan dengan adanya over dosis.
Setelah proses terapi selesai matikan alat dan alat dirapikan seperti semula.
2.
Breathing Excercise
Persiapan Pasien : pasien rileks, pasien duduk ditepi Bed
Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan untuk menarik
nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya secara pelan- pelan melalui
mulut pengulangan 2-5 kali.
3.
Postural Drinage dan Tapotemen
Persiapan Alat : Bantal
Persiapan Pasien : Pasien pada posisi gravitasi untuk memudahkan pengeluaran sekret yaitu
miring kekanan sedikit diganjal bantal bagian samping perut.
Pelaksanaan : Terapis melakukan tapotement pada daerah lateral costa kiri pasien dengan
posisi tangan membentuk arcus gerakan fleksi ekstensi. Latihan dihentikan bila
ada keluhan dari pasien seperti nyeri dada dan jantung berdebar.
4. Mobilisasi
Sangkat Torak
Persiapan Pasien : Pasien tidur telentang
Pelaksanaan : Pasien diberi contoh oleh Terapis kemudian disuruh untuk mengulanginya, pasin disuruh ambil nafas
panjang melalui hidung bersamaan dengan itu pasien menggerakkan kedua lengannya
keatas, kemudian disuruh untuk menghembuskannya secara pelan-pelan melalui mulut
sambil kedua tangannya diturunkan. Ulangi 1-8 kali.
5.
Batuk Efektif
Persiapan
Pasien : Posisi pasien duduk ditepi bed
Pelaksanaan : Tarik nafas pelan & dalam dengan pernafasan
diafragma, Tahan nafas 2 detik atau hitung sampai 2 hitungan Batukkan 2 kali
dengan mulut sedikit terbuka. Batuk pertama akan melepaskan secret atau mucus dari tempatnya dan batuk kedua akan
mendorong keluar mucus tersebut. Batuk yang efektif adalah yang bersuara “hollow
“. Sebagian penderita harus didorong untuk berani batuk. Sugesti dapat
diberikan dengan cara terapis batuk mendahului penderita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar