Selasa, 02 Desember 2014

Penanganan Kasus Pulmonal



PENANGANAN FISIOTERAPI PASIEN DENGAN PENYAKIT PULMONAL



 Patofisiologi
Penyempitan saluran pernafasan terjadi pada bronkitis kronik maupun pada emfisema paru. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Pada bronkitis kronik sesak nafas terutama disebabkan karena perubahan pada saluran pernafaasan kecil, yang diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan kadang terjadi obliterasai.
Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. Saluran pernafasan besar juga berubah. Timbul terutama karena hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus, sehingga saluran pernafasan lebih menyempit.



Read more
 Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernafasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita emfisema paru dan bronchitis kronik, saluran-saluran pernafasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak tertutup. Akibat cepatnya saluran pernafasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya, dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/ tidak ada, akan tetapi perfusi baik. sehingga penyebaran udara pernafasan maupun aliran darah alveoli, tidak sama dan merata. Timbul hipoksia dan sesak nafas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia. terjadi HT pulmonal, yang dalam jangka lama dapat timbulkan kor pulmonal.

 Manifestasi klinis
1.      Batuk produktif 
Batuk produktif ini disebabkan oleh inflamasi dan produksi mukus yang     berlebihan di saluran nafas.
2.      Dispnea
Terjadi secara bertahap dan biasanya disadari saat beraktivitas fisik. Berhubungan dengan menurunnya fungsi paru-paru dan tidak     selalu berhubungan dengan rendahnya kadar oksigen di udara.
3.      Batuk kronik 
Batuk kronis umumnya diawali dengan batuk yang hanya terjadi pada        pagi hari saja kemudian berkembang menjadi batuk yang terjadi         sepanjanghari. Batuk biasanya dengan pengeluaran sputum dalam   jumlah kecil(<60ml/hari) dan sputum biasanya jernih atau keputihan.           Produksi sputum berkurang ketika pasien berhenti merokok     (GOLD,2005)
4.      Mengi, Terjadi karena obstruksi saluran nafas
5.      Berkurangnya berat badan
Pasien dengan PPOM yang parah membutuhkan kalori yang lebih besar hanya untuk bernapas saja. Selain itu pasien juga mengalami kesulitan bernafas pada saat makan sehingga nafsu makan berkurangdan pasien tidak mendapat asupan kalori yang cukup untuk mengganti kalori yang terpakai. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya berat badan pasien.
6.      Edema pada tubuh bagian bawah
Pada kasus CPOD yang parah, tekanan arteri pulmonary meningkatdan ventrikel kanan tidak berkontraksi dengan baik. Ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah ke ginjal dan hati akan timbul edema padakaki, kaki bagian bawah, dan telapak kaki. Kondisi ini juga dapatmenyebabkan edema pada hati atau terjadinya penimbunan cairan pada abdomen (acites)

Permasalahan fisioterapi pada pasien ini adalah sebagai berikut :
1.      Adanya sesak nafas
2.      Adanya batuk dengan sputum yang sulit keluar
3.      Spasme otot- otot bantu pernafasan
4.      Penurunan ekspansi sangkar Thorak
5.      Penurunan toleransi aktifitas




Pelaksanaan Fisioterapi :
1.      Infra Merah
Persiapan Alat : Siapkan alat kemudian cek keadaan lampu, cek kabel, ada yang terkelupas atau tidak.
Persiapan Pasien : Posisikan pasien senyaman mungkin, bebaskan area yang akan diterapi dari kain atau pakaian, sebelum diterapi kulit harus kering dan dilakukan tes sensibilitas terlebih dahulu serta berikan informasi yang jelas tentang tujuan terapi mengenai apa yang akan dirasakan dan apa yang tidak boleh dilakukan selama terapi.
Pelaksanaan : Alat diatur sedemikian rupa, sehingga lampu sinar infra merah dapat menjangkau daerah dada dan punggung dengan jarak 30-45 cm. Posisi lampu sinar infra merah tegak lurus daerah yang akan diterapi. Setelah semuanya siap alat dihidupkan, kemudian atur waktu 10- 15 menit. Selama proses terapi berlangsung fisioterapi harus mengontrol rasa hangat yang diterima pasien, jika selama pengobatan rasa nyeri, pusing, ketegangan otot meningkat. Dosis harus dikurangi dengan menurunkan intensitasnya, dengan sedikit menjauhkan sinar infra merah. Hal ini berkaitan dengan adanya over dosis. Setelah proses terapi selesai matikan alat dan alat dirapikan seperti semula.

2.      Breathing Excercise
Persiapan Pasien : pasien rileks, pasien duduk ditepi Bed
Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan untuk        menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya secara pelan- pelan melalui mulut pengulangan 2-5 kali.

3.      Postural Drinage dan Tapotemen
Persiapan Alat :  Bantal
Persiapan Pasien : Pasien pada posisi gravitasi untuk memudahkan pengeluaran sekret yaitu miring kekanan sedikit diganjal bantal bagian samping perut.
Pelaksanaan : Terapis melakukan tapotement pada daerah lateral costa kiri pasien dengan posisi tangan membentuk arcus gerakan fleksi ekstensi. Latihan dihentikan bila ada keluhan dari pasien seperti nyeri dada dan jantung berdebar.
                                   
4.      Mobilisasi Sangkat Torak                              
Persiapan Pasien : Pasien tidur telentang
Pelaksanaan : Pasien diberi contoh oleh Terapis kemudian disuruh untuk mengulanginya, pasin disuruh ambil nafas panjang melalui hidung bersamaan dengan itu pasien menggerakkan kedua lengannya keatas, kemudian disuruh untuk menghembuskannya secara pelan-pelan melalui mulut sambil kedua tangannya diturunkan. Ulangi 1-8 kali.
5.      Batuk Efektif
Persiapan Pasien : Posisi pasien duduk ditepi bed
Pelaksanaan : Tarik nafas pelan & dalam dengan pernafasan diafragma, Tahan nafas 2 detik atau hitung sampai 2 hitungan Batukkan 2 kali dengan mulut sedikit terbuka. Batuk pertama akan melepaskan  secret atau mucus dari           tempatnya dan batuk kedua akan mendorong keluar mucus tersebut. Batuk yang efektif adalah yang bersuara “hollow “. Sebagian penderita harus didorong untuk berani batuk. Sugesti dapat diberikan dengan cara terapis batuk mendahului penderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar